27 November 2018

7 Peninggalan Belanda yang Masih Dimanfaatkan Bangsa Indonesia

7 Peninggalan Belanda yang Masih Dimanfaatkan Bangsa Indonesia

Bangsa Indonesia pastinya tak akan mudah melupakan pegalaman pahit penjajahan yang dilakukan kolonial Belanda. Selain menjajah fisik selama 350 tahun, Belanda juga telah banyak mencuri kekayaan tanah Indonesia. Lebih dari itu, mereka juga telah membodohi Bangsa Indonesia dengan segala tipu daya dan iming-iming manis sehingga Bangsa Indonesia mudah untuk diperdaya.
Ironisnya, setelah Belanda angkat kaki dari Indonesia, nyatanya mereka telah mewariskan banyak peninggalan yang masih bisa dimanfaatkan Bangsa Indonesia. Ada yang berupa musium Belanda, bendungan, waduk, pabrik, perkebunan, sampai ke lembaga pendidikan. Nah, berikut kami sajikan ulasan 7 peninggalan Belanda yang masih bermanfaat untuk Bangsa Indonesia. Apa saja itu? Simak ualasannya hanya di sini.

1.Bendungan Katulampa, Bogor

Bendungan Katulampa adalah bangunan tua peninggalan Belanda yang terletak di Kelurahan Katulampa, Kota Bogor, Jawa Barat. Bangunan ini mulai dioperasikan sejak tahun 1911, tetapi untuk pembangunannya dimulai sejak tahun 1889 akibat banjir besar yang melanda Jakarta pada tahun 1872. Banjir saat itu dikabarkan membuat daerah elit Harmoni ikut terendam air luapan Kali Ciliwung.
Bendungan Katulampa
Sampai saat ini, Bendungan Katulampa masih kokoh berdiri untuk memberikan peringatan dini dari air yang mengalir ke Jakarta. Selain itu, bendungan ini juga dijadikan sebagai sarana irigasi terhadap lahan seluas 5.000 hektar yang terdapat di sisi kanan dan kiri bendungan. Pada musim penghujan, Bendungan Katulampa mampu menampung air dengan debit 630 ribu liter per detik.

2.Waduk Pacal, Bojonegoro

Waduk Pacal yang berlokasi di Desa Kedungsumber, Bojonegoro merupakan bangunan tua yang mulai beroperasi sejak tahun 1933. Pembangunannya sendiri dilakukan oleh kolonial Belanda mulai tahun 1924. Bendungan Pacal terletak 35 km dari arah selatan Kota Bojonegoro dan memiliki luas sekitar 3,878 km2 dengan kedalaman 25 meter.
Waduk ini dibangun Belanda sebagai sarana pengairan terhadap sawah-sawah y
Waduk Paca
ang berada di sekitarnya. Awalnya Waduk Pacal mampu menampung 41 juta meter kubik air untuk mengairi 16.600 hektar lahan. Karena pendangkalan, saat ini Waduk Pacal hanya mampu menampung air sebanyak 21 juta meter kubik dan mengairi 13 ribu hektar areal sawah di sekitarnya.

3.Jalan raya Pos Anyer-Panarukan

Jalan Raya Pos merupakan jalan yang panjangnya kurang lebih 1000 km, dari Anyer sampai Panarukan. Jalan raya ini dibangun pada masa penjajahan Belanda dibawah pimpinan Gubernur Jendral Herman Willem Daendels. Hebatnya, jalan yang terbentang sepanjang utara Pulau Jawa ini dibangun hanya dengan dalam rentang waktu 1 tahun saja pada 1808.
Peta Jalan raya Pos
Saat ini, Jalan Raya Pos lebih dikenal dengaan sebutan Jalan Pantai Utara (Pantura). Jalan ini merupakan jalan karya monumental Daendels karena mampu memperpendek waktu tempuh dari Surabaya ke Batavia yang awalnya ditempuh selama 40 hari, kemudian bisa dipersingkat menjadi 7 hari. Meski sudah berusia 200 tahun, jalan raya ini masih digunakan sampai sekarang. Bahkan jalan ini menjadi satu-satunya akses darat untuk menuju Anyer.

4.Pabrik Gula Gondang Baru, Semarang

Pabrik Gula Gondang Baru, yang semula bernama Pabrik Gula Gondang Winangun, didirikan pada tahun 1860 oleh NV Klatensche Cultuur Maatscahapij yang berkedudukan di Amsterdam, Belanda. Awalnya, Pabrik Gula Gondang Baru menggerakkan mesin produksi dengan turbin air. Setelah James Watt menemukan teknologi mesin uap, Pabrik Gula Gondang Baru mengganti turbin airnya dengan turbin uap sebagai penggerak utama mesin. Hasilnya kapasitas penggilingan menjadi lebih besar.
Pabrik Gula Gondang Baru
Pada tahun 1930-1935, Pabrik Gula Gondang Baru sempat berhenti beroperasi karena terjadi krisis ekonomi. Di tahun 1935-1940 pabrik ini mulai beroperasi kembali namun dibawah kendali orang yang berbeda, yakni Beeemers, yang juga warga negara Belanda. Ketika Indonesia jatuh ke tangan penjajah Jepang, pabrik ini juga ikut dikuasai Jepang dalam rentang waktu 1942-1945. Setelah merdeka, baru pabrik ini dijadikan aset negara dibawah naungan PPN Jateng V di Solo.

5.Perkebunan Teh Gunung Gambir, Jember

Perkebunan Teh Gunung Gambir berlokasi sekitar 48 km barat laut Kota Jember. Perkebunan ini merupakan perkebunan peninggalan penjajah Belanda yang berada di ketinggian 900 meter di atas permukaan laut. Daerah ini masuk ke dalam kawasan lereng Argopuro yang sangat ideal untuk membuat teh bir (beer tea) yang di ekspor ke Eropa.
Perkebunan Teh Gunung Gambir
Sampai saat ini, Perkebunan Teh Gunung Gambir mampu memproduksi delapan varian teh yang berbeda. Teh itu dipetik dari tanaman teh yang mulai ditanam sejak tahun 1918, 1923, dan 1927. Jika ada yang berkunjung ke area perkebunan ini, proses pembuatan teh dari awal pemetikan, pengeringan, pengepakan, sampai pencicipan dapat diketahui secara terbuka.

6.Gereja Katedral, Jakarta

Gereja Katedral atau yang memiliki nama resmi Santa Maria Pelindung Diangkat ke Surga, merupakan sebuah gereja tua katolik yang diresmikan pemerintah Belanda tahun 1901. Gaya arsitektur megah khas Eropa yang ada di bangunan Gereja Katedral didesain oleh arsitek bernama Marius Hulswit yang merupakan arsitek kenamaan asal Belanda.

Gereja Katedral 

Awalnya gereja yang memiliki arsitektur neo-gotik ini pada bagian menaranya direncanakan berbentuk kubah. Karena faktor geografis Indonesia yang rawan gempa, desain kubah tersebut diubah menjadi menara dari logam. Kini bangunan yang terletak berdekatan dengan Masjid Istiqlal ini masih berdiri kokoh dan menjadi tempat beribadah bagi umat Katolik.

7.Technische Hoogeschool te Bandoeng (Institut Teknologi Bandung)

Institut Teknologi Bandung atau ITB pada mulanya merupakan lembaga pendidikan peninggalan Belanda yang bernama Technische Hoogeschool te Bandoeng. Lembaga ini merupakan perguruan teknik pertama yang didirikan pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 3 Juli 1920. Perguruan tinggi ini didirikan Belanda dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan tenaga teknik yang saat itu menjadi sulit akibat pecahnya Perang Dunia I.
Technische Hoogeschool te Bandoeng
 Dalam kurun waktu pasca kemerdekaan, perguruan ini kemudian diresmikan oleh negara sebagai lembaga resmi perguruan tinggi negeri pada tanggal 2 Maret 1959 dan dinamakan Institut Teknologi Bandung (ITB). Saat ini ITB menjadi salah satu tujuan favorit anak-anak negeri dalam mengeyam bangku perkuliahan, terutama mereka yang ingin mendalami ilmu teknik. Tercatat Presiden Soekarno adalah salah satu lulusan ITB yang saat itu masih bernama Technische Hoogeschool te Bandoeng.


Itulah 7 peninggalan Belanda yang saat ini masih dimanfaatkan Bangsa Indonesia. Meski bersetatus peninggalan Belanda, tiap bangunan tersebut sesungguhnya adalah hasil jerih payah Bangsa Indonesia. Para pendahulu kita telah bekerja sampai memeras keringat dan kehilangan nyawa untuk membangunnya supaya dirasakan hasilnya bagi generasi penerus selanjutnya. Patutlah kita sekarang membanggakan jerih payah perjuangan-perjuangan tersebut.

0 comments:

Posting Komentar